Kamis, 07 Juli 2011

Story Mysterious in Gotcha Highschool

NB: banyakan jika kamu berada di zpenzha saat malam hari.
Story Mysterious in Gotcha Highschool
Malam hari itu sangat sunyi dan sepi. Terdengar suara burung hantu dan desiran angin kencang yang menambah kesan menakutkan pada SMA Gotcha pada tengah malam. Tak semua lampu yang ada pada SMA itu bersinar terang, hanya ada satu sumber cahaya yang dapat bersinar terang yaitu cahaya samar – samar dari bulan purnama yang memancarkan kilaunya.
“Kreekk..”
“Stt.. pelan – pelan dong Itho,” bisik Dian pelan saat Fiertho menginjak sebatang ranting.
Nampak 10 anak muda membuka paksa sebuah gembok besar dan berantai yang mengunci rapat pintu gerbang SMA Gotcha.
“Lo bisa cepat dikit ga sih?” omel Cindy sambil sesekali melirik ke belakangnya untuk memastikan tak ada siapapun di sana ataupun yang bertanda kutip.
“Bawel banget sih lo! Gue juga lagi usaha!” Manter ikut mengomel.
Usaha Manter berhasil. Tanpa basa – basi lagi mereka bersepuluh memasuki halaman SMA Gotcha yang bisa di bilang sangat menyeramkan itu.
“Kenapa sih, kita mesti ke sini malam – malam?” Stella memperhatikan seluruh sudut sekolah.
“Ini nih, gara – gara Fiertho dan ide gilanya,” cerocos Kharina dan melipat kedua tangannya di dadanya.
“Siapa suruh kalian mau ikut?” Fiertho membela diri.
“Iya, setelah kita semua dapat paksa dengan semua alasanmu. Solidaritas,”ucap Cindy dan menatap Fiertho sinis.
“Manter, lo udah bawa handycam – handycam yang gue udah bilang tadi kan?” Fiertho mengalihkan pembicaraan.
“Tenang aja, semuanya udah beres!” jawab Manter.
Nency menyalakan senter yang ia bawa, diikuti teman – temannya. Perasaan takut mulai menyelimutinya. Dyandra mengamat – amati sekolahnya itu. Tiba  - tiba ia merasa seseorang mencoleknya.
“Ada apa Rin?” tanya Dyandra pada Kharina karena Kharina yang berada tepat di sampingnya.
“Heh? Apaan?” Kharina balas bertanya.
“Tadi lo ada colek gue kan?”
“Kapan? Enggak kok.”
“Masa sih? Tadi gue rasa kok.”
Bulu roma Dyandra terasa berdiri. Kalau bukan Kharina, siapa lagi? Di sampingnya kan tidak ada orang.
Dyandra menepis semua perasaan negatifnya.
Mereka, Inggrid, Cindy, Kharina, Uwis, Stella, Manter, Nency, Dian, dan Fiertho melanjutkan langkah kaki mereka menuju gedung utama sekolah.

Cindy P.O.V
Di sini terlihat lebih gelap daripada di luar. Stella lebih merapat ke arah Nency. Senter – senter yang kami bawa cukup untuk menerangi seisi ruangan.
“Oke, biar urusannya bisa cepat kelar, kita bagi kelompok aja.  Kharin, Dyandra sama Cindy di lantai 1, Stella, Inggrid, Nency dan Manter di lantai 2, dan gue, Uwis sama Dian di lantai 3, gimana?” usul Fiertho.
Kami semua mengangguk.
“Kalo gitu kita sekarang berpencar. Kalo kalian udah pasang handycam-nya, kita akan kumpul lagi di halaman depan,” Fiertho membagikan kami masing – masing satu buah handycam.
Semua mulai berpencar, menurutku, awal petualangan seru bakal segera di mulai.
Aku, Dyandra dan Kharin menyusuri koridor lantai satu yang sangat gelap. Suara – suara desis kadang terdengar olehku.
“Kita pasang handycam-nya di sini aja ya?” usul Kharin sambil menyenter salah satu tembok.
Dyandra dan Kharin membantuku mencapai langit – langit di dekat tembok itu.
‘Lho, apaan nih?’ tanyaku dalam hati ketika melihat banyak sekali ijuk yang tergantung di plafon.
Kaki ku serasa melemas ketika sesuatu mulai nampak dari ijuk – ijuk itu.
(Cindy P.O.V end)

Stella P.O.V
Aku terus mengandeng erat lengan Nency. Aku terkadang memejamkan mataku karena takut jika aku harus melihat hal – hal yang tidak ingin aku lihat.
“Manter, di sini aja kita pasang handycam-nya, ga usah jauh – jauh sampai sana,” usulku.
“Kalau di sini kita mau dapat penampakan apa? Lo kan tau, Fiertho itu mau buat film dokumenter tentang sekolah kita pada malam hari,” Manter menjelaskan.
“So, lo mau taro dimana tuh handycam?” tanya Inggrid.
“Di sebelah sana,” Manter menunjuk ke arah tembok paling ujung dekat kamar mandi yang sudah lama tidak di pakai.
“Gila aja lo. Di sana kan banyak hantunya?” kataku kaget.
“Justru itu, gue mau taruh di sana supaya film dokumenter kita banyak yang nonton.”
Gila banget Manter. Siang – siang aja gue takut lewat situ, apalagi kalo tengah malam begini.
Aku tersadar, bahwa tadi secara tidak sengaja aku menyenteri sosok cewek berambut hitam dan memakai baju berwarna putih menatapku tajam.
“Ne, tadi ada...” kata – kata ku terhenti begitu melihat wajah Nency yang menjadi sangat seram dan tersenyum seperti cewek tadi.
“Aaaahhhhhh!!!!!” aku berteriak takut. Tanpa sadar, aku berlari menjauhi mereka semua.
(Stella P.O.V end)

Dyandra P.O.V
“Dy.. Dyan..” panggil Cindy pelan. Tatapannya lurus kedepan.
Tiba – tiba saja Cindy pingsan. Aku dan Kharin menjadi bingung dan segera menahan tubuh Cindy agar tidak jatuh.
“Cin..Cin..” panggil Kharin sambil menepuk pipi Cindy.
“Kharin, perasaan gue kok jadi ga enak gini ya?” kataku dan mengelus kedua lenganku.
“Lo jangan bikin takut gue deh. Sekarang mending lo bantuin gue bawa Cindy ke ruang tunggu.
Aku mengangguk. Sebenarnya aku mengerti maksud Cindy apa. Dia melihat apa yang juga aku lihat. Cewek berambut panjang layaknya ijuk tergantung di plafon dan sorot matanya sangat menyeramkan.
Sesampainya diruang tunggu, kami membaringkan badan Cindy di salah satu kursi.
“Dyan! Kharin!”
Merasa nama kami di panggil, kami segera berbalik.
“Stella?” gumamku.
Stella berlari menghampiri kami.
“Habis maraton lo?” tanya Kharin.
“Kenapa Stel?” tanyaku.
Stella mengatur nafasnya, “Duh, susah deh jelasinnya.”
“Alah, bahasa lo,”ujarku.
“Yang lain mana?” tanya Kharin.
“Masih ada di atas,” Stella melirik ke arah Cindy, ”Lho, Cindy kenapa?”
“Dia pingsan. Tau deh kenapa,” jawab Kharin.
(Dyandra P.O.V end)

Uwis P.O.V
“Udah selesai,” ucapku.
Fiertho lalu menurunkanku dari atas pundaknya.
“Duh, guys, gue ke belet pipis nih,” ujar Dian dan gelisah sendiri.
“Bikin ribet lo,” kata Fiertho.
“Aduh, temani gue dong ke toilet,” pinta Dian.
“Ayo deh,” ucap Fiertho.
Entah mengapa, saat aku hendak melangkah, langkahku terasa sangat berat. Seperti ada sesuatu yang menarik kakiku. Perasaan tak mengenakan menyerangku. Dengan berani, aku menoleh ke bawah. Seorang gadis kecil tak berbola mata memegangi pergelangan kakiku dengan erat. Aku mulai merasakan tubuhku bergetar. Anak itu lalu memandangku kosong. Daerah sekitar matanya hitam berlumur darah dan anak itu tersenyum kearahku. Sangat mengerikan.
“I... Itho...” panggilku dengan susah payah. Suara yang ku hasilkan terdengar sangat kecil namun dapat didengar dengan jelas oleh Fiertho.
Fiertho berhenti dan berbalik ke arah Uwis, “Napa loe?”
Aku memberi isyarat ke arah kakiku. Fiertho mengikuti isyarat itu. Fiertho terlihat sangat gugup dan mulai gemetaran. Dia kembali memandangku.
Fiertho mundur selangkah, “Di.. Dian..” panggil Fiertho.
“Aduh, kalian kenapa sih? Kok malah berhenti?” ujar Dian jengkel.
Fiertho menyiku Dian dan menunjuk ke arah kakiku. Ku rasa saat ini Dian melihat sesosok cewek tidak bermata dan berambut hitam terurai memegang pergelangan kakiku.
“Ha.. han.. tu...!!!” ujar Dian dan segera lari diikuti Fiertho.
“Woi!!! Ga setia kawan banget sih lo semua!” teriakku.
Perasaanku saat ini sangat takut. Aku merasakan ‘sosok’ itu tak lagi memegang kakiku.
Aku lalu memberanikan diriku untuk menoleh ke bawah. Sosok itu sekarang tak lagi berada di sana.
“Hai..” terdengar suara serak seorang cewek dari belakangku. Segera saja aku lari.
(Uwis P.O.V End)

Inggrid P.O.V
“Aaaaahhhh!!!”teriak stella yang sudah berlari pergi menjauhi kami, aku sangat bingung oleh tingkahnya yang mengejutkan itu, karena penasaran aku tanyakan pada nency yang sedari tadi bersama stella
Ne, Stella kenapa?”tanyaku
Gak tau juga gid,tadi dia sempat manggil gue tapi pas gue balik,eh dianya malah lari”
“hah,kok gitu?”
“entahlah”
“wey  lo berdua,Stella mana?”tanya Manter yang membuat kaget kami berdua
Stella dia lari pergi,gak tau kenapa”
“ya udah gakpapa, ayo kita pasang handycamnya”
Aduh manter kenapa harus disitu kah,gak ada tempat yang lain?”keluhku
“jis kalian ini kenapa?justru kalo kita taruh disitu kita bisa dapet banyak fakta tentang suasana malam sekolah kita dan dicap sebegai ghost buster”
“ah tau mau kayak gini mendingan gue nolak dan tetap stay dirumah nonton bigbrother”
“ye malah bigbro yang lo pikirin”
“hehehehe”
“ya udah ayok”
”ayok”
Baru beberapa langkah kami berjalan berjalan, nafasku tiba-tiba tercekat, badanku terkulai lemas dan mataku tidak hentinya menatap sosok itu,sosok berambut panjang yang mengenakan baju putih. Kulihat bolamatanya yang putih rata, tak ada pupil ataupun retina dimata itu tetapi tatapannya padaku itu mengingatkanku pada visualisasi seseorang,tapi aku lupa tatapan siapa itu. Segera saja aku berpaling dari sosok itu dan mengejar manter dan nency yang sudah duluan di depan.
(Inggrid P.O.V end)

Dian P.O.V
Aku terus berlari, berlari secepat yang aku bisa meskipun aku paling lemah dengan yang namanya lari, jantungku terus berpacu cepat mengikuti lariku juga, aku sudah tidak memikirkan siapa-siapa lagi,yang aku tau aku hanya perlu berlari dan pergi dari situ. Tetapi tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu yang nampaknya tangan dan akhirnya membuatku jatuh kelantai
“aduh” seruku lalu bangun dari jatuhku dan menyandar ditembok
Badanku tiba-tiba terasa kaku,aku tak bisa melakukan hal lain selain diam.  kakiku yang ingin kugerakkan terasa sangat susah seperti ada sesuatu yang menahan kakiku dengan amat kuat sedangkan anggota tubuhku yang lain terus memproduksi banyak keringat seiring jantungku yang berdegup makin kencang
“hai”sapanya padaku
“aku penghuni baru di sini,hihihihihi kamu kakak osis yang jahat itukan”
“….”tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku,aku hanya mampu diam dan diam tapi aku cukup tau siapa sosok ini, sosok yang tadi memegang pergelangan kaki uwis, dan dia adalah seorang gadis kecil sekitar 9 tahunan yang biasanya main disekolah ini dan aku sering memarahinya bahkan membentaknya juga memfitnahnya. Baru-baru ini aku mendengar kalau anak kecil itu mati bunuh diri setelah loncat dari tribun sekolah ini.
“kamu takut ya,hihihihihihihi”
Aku melihat mukanya yang memiliki banyak sayatan dan matanya yang amat merah menatapku dengan tatapan membunuh
“makanya jangan penakut”
“gara-gara kakak aku kayak gini, gara-gara kakak aku sering dijahatin sama teman-teman kakak yang lain,kakak gak taukan rasanya kayak gimana?rasanya sakit,kakak gak taukan saat mereka nyiram aku pake air ngeludahin aku bahkan kunciin aku didalam gudang sampai aku sakit. Padahal kakak tau kalo aku sering main kesini karena aku ini yatim piatu yang kesepian tapi kenapa kakak begitu?gak punya perasaan. dan karena kakak yang membuatku seperti ini jadi kakak harus ikut denganku menjadi penghuni sekolah ini agar aku tidak kesepian lagi,hahaahahahaha”serunya kasar sehingga aku dapat melihat jelas giginya yang bertaring tajam dan dipenuhi bercak darah
“ma..af”ujarku pelan dan terbata tapi sampai ditelinga anak kecil itu dengan jelas
“maaf? Maaf saja gak cukup kak. Pokoknya kakak harus ikut aku”paksanya mencengkram kasar kerah bajuku dengan kukunya yang tajam itu dan memiringkan kepalanya ke leherku, nampaknya dia akan menggigitku tetapi tiba-tiba anak kecil itu hilang bersamaan dengan suara panggilan namaku yang bergema tak jauh dariku
(Dian P.O.V end)

Kharina P.O.V
“cin bangun cin”pintaku pada cindy yang terbujur lemas diatas kursi ruang tunggu
“kharin kebetulan gue bawa minyak kayu putih nih,kasih aja ke cindy”ujar dyandra dan melemparkan sebotol sedang minyak kayu putih padaku yang berada disebelahnya lalu dengan sigap aku mengoleskan minyak di kepala, bawah hidung,dada dan tangan cindy yang sangat dingin
“sekarang kita tinggal tunggu cindy bangun”
“eh kharin sebenarnya cindy kenapa sih?”tanya stella
“tadi itu pas kita mau taruh handycam disudut tembok tiba-tiba aja cindy pingsan”
“sebenarnya bukan tiba-tiba”sanggah dyandra
“tadi itu gue yakin kalau dia lihat hal yang sama dengan gue dan dia lebih shock”
“lihat apaan?”
“di sudut tembok itu ada banyak banget ijuk yang tergantung di plafon. pertama emang gue kiranya itu ijuk biasa karena sekolah ini udah tua berdebu dan sebagainya,tapi pas ijuk itu mulai mendongak,gue baru sadar kalau itu bukan ijuk melainkan sosok yang biasa kita kenal dengan nama ‘kuntilanak’ dan cindy melihat sosok itu sangat jelas secara face to face!”
“kok bisa berhadapan?”tanyaku
“karena lo ingat sendirikan kalo si cindy yang taro handycam di temboknya dan kita yang menahannya dari bawah”
“oh iya,jadi karena itu”
“tapi pas kita membopoh cindy pergi gue udah gak lihat ijuk itu lagi”
“mungkin aja dia tiba-tiba pergi,si cindy udah sempet taruh handycamnya kan?”
“iya udah kok”
“nah stel kenapa lo bisa marathon dari atas ke sini?”
“tadi itu kita mau naruh handycam di sudut tembok kamar mandi yang gak dipake itu”
“kok disitu?kan seram banget”potongku
“ide gilanya si manter tuh jadi terpaksa aja kita ikutin,tapi gak sengaja pas kita jalan gue nyenter ke arah cewek rambut panjang yang natap gue tajam dengan senyum sinis gitu,terus pas gue mendongak ke Nency tiba-tiba aja dia senyum persis kayak cewek itu karena kaget dan refleks,gue lari pergi sampai sini”
“oh gitu tapi sekarang lo gak papa kan”
“iya udah agak mendingan”
Tiba-tiba aku melihat bayangan putih lewat didepan rung piket dan seperti berlalu ke arah bekas ruang pencucian piring. Aku membiarkan saja bayangan itu berlalu pergi karena aku tau kondisi sekarang ini terlebih lagi fakta sekolah ini yang semakin jelas terungkap.
(Kharin P.O.V end)

Nency P.O.V
Kami terus berjalan ke arah kamar mandi itu,sangat jelas suara derap langkah kaki kami yang menggema di lantai dua itu. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa bulu kudukku yang sudah berdiri makin menegang apalagi saat kami sampai di sudut tembok dekat kamar mandi tak terpakai itu.
“nah gue tari disitu ya,lo Nency dan lo gid tahan gue dari bawah”perintah manter yang diangguki aku dan Inggrid
Saat Manter naik ke pundakku serta pundak inggrid dan memasang handycam,entah mengapa tiba-tiba aku merasa tubuhku didorong dari belakang sehingga pertahananku roboh,begitu juga dengan Inggrid dan Manter yang ikut terjatuh.
“ne lo kenapa sih,kok tiba-tiba jatuh?”tanya Manter
“gue juga gak tau kenapa,gue rasa badan gue terdorong dari belakang”
“terdorong?tapi gue gak dorong lo kok apalagi Manter dia kan ada diatas bahu kita”
“iya sih tapi gue juga gak tau kenapa”
“apa mungkin..”
“udahlah mungkin karena Nency aja tadi yang badannya lemas,sekarang ayo kita pergi”ujar Manter memotong pembicaraan Inggrid
“ayok deh”
(Nency P.O.V end)

Manter POV
Baru beberapa langkah kami berjalan, aku melihat sebuah boneka beruang berkepala barbie kecil yang ada di lantai, karena penasaran aku langsung mengambil boneka tersebut dan memberitahukan temuanku itu pada Nency dan Inggrid
“eh lo berdua tunggu,lihat ini”
“boneka apaan tuh ter?”
“gak tau, gue nemuin di lantai, masa kalian gak liat?secara kalian kan yang jalan duluan.
“heh boneka ini?depan kita?enggak ada kok, tadi gak ada boneka itu”
“ah masa?”
“beneran Manter kita gak bohong”
“eh Ne, ter perasaan gue kok tiba-tiba gak enak gini ya?”
“sama gid. Manter mendingan loe taruh aja boneka itu ditempat pas lo temuin”
“hah?ogah.. ini antik tau”
Manter kita gak tau boneka itu punya siapa dan lagi kita udah tau kondisi sekarang gimana. Bisa aja boneka itu nimbulin dampak besar bagi kita”nasehat Nency
‘si nency ada benernya juga sih. Gue taro aja deh’ fikir Manter
“oke gue taruh lagi nih,lo berdua liatkan. Yaudah ayo kita kembali”
“ya lebih baik begitu”
(Manter POV end)

Tanpa disadari Manter, boneka itu menyudutkan matanya yang mengeluarkan darah itu kearah manter lalu menghilang dan sekarang boneka itu tergantung di ransel Manter menyerupai gantungan kunci.

Fiertho P.O.V
Aku tak tau kenapa bisa begini, dikaki Uwis tadi itu anak kecil yang sering main di sini dan sudah meninggal seminggu yang lalu. Tapi kenapa bisa? Ah,sudahlah yang penting aku tidak diganggu oleh anak kecil itu. Loh bukannya tadi Dian berlari didepanku tapi dia kemana?aku tak melihat kehadirannya didepanku lagi,aku hanya dapat merasakan suasana yang begitu mencekam disekitarku. Karena khawatir dengan Dian aku memilih untuk memanggilnya saja
“Dian”panggilku
“Dian”panggilku lagi,tetapi tiba-tiba aku merasa bahuku ditepuk oleh seseorang,apa mungkin itu...
“hwaa,mbak hantu ampun mbak saya gak sengaja main kesini,Cuma mau liat-liat aja maaf ya mbak beneran sumpah”ujarku sambil menutup mata dan jari tangan kananku membentuk huruf V
“mbak,mbak,mbak,muka kayak greyson chance gini lo bilang mbak fiertho?ya ampun makanya penakut itu gak usah main beginian”balas orang itu
Aku mendengar suara balasan dari orang yang tadi menepuk bahuku, dan kurasa dari suaranya bukanlah hantu yang tadi mengganggu kami melainkan suara uwis
“eh elo wis gue pikir hantu gigi tumpul”
“sialan lo emang lo pikir lo apa?lo itu mirip hantu mantri sikat gigi”
“ye ada gitu hantu sikat gigi?”
“kan elo hantunya”
“sembarangan lo,kita cari Dian yuk”
”loh emang dia kemana?”
“gak tau juga gue jadi mending kita cari aja”
“oke ayok”
“Dian”panggilku
“eh tho yang ditembok itu dian bukan sih”ucap uwis sambil menunjuk ujung tembok dekat kamar mandi lantai 3 yang kelihatannya ada dian disana
 “let’s check”
Aku dan uwis berjalan mendekati tembok itu, dan terlihat Dian yang bersandar disitu dengan muka yang pucat.
Dian lo kenapa?”tanyaku sambil menggoyang-goyangkan bahunya
“hha..hantu”jawabnya
“lo masih bisa berdiri Dian?
“ii..iya,tapi lo berdua temenin gue ke kamar mandi,gue masih kebelet”
“iya ayo”
Setibanya kami dikamar mandi entah mengapa bulu romaku kembali berdiri,suasana yang menakutkan itu mulai menyelimutiku
 “itho pinjem senter kah?”ujar Dian
“sentermu?”
“rusak gara-gara kejadian yang tadi”
“oh ya udah ini”balasku menyerahkan sebuah senter pada dian sedangkan aku dan uwis memakai senter uwis.
Aku dan uwis terus menunggu dian didepan pintu kamar mandi,aku tak berani untuk mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru kamar mandi karena aku takut jika tiba-tiba saja nanti aku melihat sesuatu yang mungkin dapat membuatku mati ketakutan atau sebagainya. Tiba-tiba saja lamunanku buyar dikarenakan suara teriakan Dian dari dalam kamar mandi
“Aaaaaaaaaaaa!!!!”teriak Dian
Dian, Dian kenapa lo?”tanya uwis pada Dian sambil mengetok pintu kamar mandi
“jangan..jangan gue mohon..”ujar Dian yang terdengar olehku dan uwis
“wis kita harus dobrak pintunya”ajakku
“iya”
“satu..dua..ti..”instruksiku
Brakk..pintu kamar mandi itu terbuka dan terlihat Dian yang menyandar ke tembok kamar mandi dengan wajah ketakutan. Aku melihat ke arah tatapan Dian, bak air itu, ya bak air itu didalamnya ada sosok mengerikan yang meminta tumbal. Bak air yang terisi air jernih itu sekarang berubah warna menjadi merah tua seperti darah dan hantu itu terus menjulurkan tangannya yang dapat memanjang kearah dian dan terus berkata ‘aku membutuhkanmu’, sekujur tubuhku gemetaran melihat hal aneh tersebut sehingga aku hanya dapat kaget dan bingung akan hal itu. Tapi tiba-tiba tubuhku terasa ditarik keluar dari kamar mandi. Aku tak bisa melihat siapa yang menarikku yang jelas tangan itu terus membawaku berlari menjauhi kamar mandi sampai aku mengangkat suaraku dan menghentikan langkahnya di pertengahan tangga-tangga
“kau siapa?mengapa menyelamatkanku?”
“ya ampun fiertho ini gue uwis”
“uwis?kok bisa? Dian mana?”
“tadi pas kita masuk gue langsung tarik dia keluar dan gue suruh dia langsung turun ke lantai satu terus gue tarik elo karena elo bengong mulu”
“Hah? Kok bisa sih?” tanyaku bingung.
“Tau deng. Mending kita cabut aja dari sini.. Bikin gue ga tentram aja” ujar Uwis dan mengelus kedua bahunya. Aku berfikir sejenak, mencoba mencerna kejadian ini. Gue bingung deh sama Dian, ada apa sih? Terus tadi juga perasaan gue masih ngelihat kejadian itu ada Dian... kok malah... aahh.. udah ah, bodo, pikirku dalam hati dan melanjutkan perjalanan.
(Fiertho P.O.V End)
Uwis dan Firtho berjalan menuruni tangga. Dari belakang mereka, terlihat sebuah bilik kamar mandi terbuka dengan sendirinya dan terlihat jari – jari tangan seorang cewek dengan penuh bercak – bercak darah merintih, nyaris terdengar seperti desahan minta tolong.
Sekarang sosok hantu kecil itu mengalungkan kedua kakinya dibahu Uwis membentuk posisi gendong duduk. Hal itu yang membuat Uwis merasa janggal dan keberatan, tapi tak ada satu orangpun yang mengetahuinya, mengingat bahwa benda gaib itu merupakan benda yang kasat mata bagi manusia
Akhirnya dengan tergesa-gesa fiertho dan uwis kembali kelantai satu, tempat mereka janjian setelah melakukan tugas mereka.
Setibanya fieertho dan uwis di lantai satu...
Keheningan diantara 10 orang kaula muda itu tercipta, yang bisa terdengar hanyalah suara desah frustasi mereka. Sedangkan cindy, salah satu dari mereka masih tetap terbaring pingsan dikursi panjang koridor lantai satu
sampai...
“ngg..ngg”rajuk cindy yang mulai tersadar dari pingsannya dan langsung duduk dengan posisi menundukkan kepala
“cindy lo gak papa?”tanya inggrid menepuk bahu kanan cindy. Entah mengapa saat inggrid menepuk bahu cindy, bulu romanya yang mulai tidur kembali terjaga. Badan cindy juga tak memberikan respon pada tepukan bahu inggrid, yang jelas kepala cindy saja yang memberikan respon berupa anggukan
“oke teman-teman, karena cindy udah bangun mendingan kita pulang. Besok jam 11 malem kita balik lagi kesini”kata fiertho mengkomandoi teman-temannya
“gue mau pulang tapi gue gak mau kalo harus balik lagi besok apalagi malam-malam”seru stella yang diangguki 8 orang lain kecuali cindy
“alah mental cupu lo semua. Gitu aja takut, apalagi elo wis sama manter”ledek fiertho
“eh sorry sopan dikit ya lo. Sendiri penakut ngatain orang penakut, gue gak mau balik kesini lagi karena gue gak mau nantangin maut untuk kita semua”ujar manter mencengkram kerah jaket yang dipakai fiertho 
“pck, bahasa lo. Lo dan uwis laki-laki tapi cupu”remeh fiertho yang kali ini mendapat tonjokan dari manter. Dalam sekejap terjadilah pertengkaran dan baku pukul diantara 2 lelaki itu. Uwis yang diejek fierthopun sebenarnya ingin sekali ikut dalam insiden itu untuk memberi pelajaran pada fiertho, tapi bahunya itu seakan tak mendukungnya untuk melampiaskan amarahnya tersebut. Sedari tadi uwis hanya bisa duduk membongkok karena bahunya yang ia rasa menjadi amat berat. 
“eh kalian berdua, udah jangan pada berantem kayak anak kecil tau gak”lerai kharin sedangkan nency dan dyandra menahan fiertho juga manter
“udah cukup!situasi kayak gini lo berdua harusnya gak berkelahi. Mendingan kita keluar dan pulang dari sini”bentak inggrid ke fiertho dan manter
“terserah”ujar fiertho berjalan duluan ke arah pintu panel besar yang merupakan pintu keluar-masuk SMA Gotcha. Teman-temannya yang lain hanya mengikutinya dari belakang
‘si cindy kenapa ya?habis siuman kok langsung berubah gitu?aneh banget’batin stella dan uwis yang berjalan dekat cindy. Memang sehabis siuman tadi cindy berubah sampai 180 derajat. Sekujur badannya menjadi dingin dan kaku, rambut panjangnya tergerai berantakan hingga menutupi wajah cantiknya itu, dan sedari tadi juga,ia hanya diam dan menunduk, padahal diantara mereka bersepuluh cindy termasuk salah satu yang paling cerewet.
“cin lo gak papa kan?”tanya uwis
Cindy hanya menggelengkan kepalanya dan terus menunduk.
Baru hendak keluar dari pintu panel yang terbuka lebar itu, tiba-tiba angin malam berhembus amat kencang dan menutup pintu panel lebar itu dengan kasar.
BRAKK...pintu panel tersebut tertutup. Fiertho yang berada dipaling depan mencoba membuka kenop pintu itu, tapi hasilnya nihil. Pintu tersebut tertutup amat rapat seperti terkunci dari luar, padahal anginlah yang menutupnya. Angin?apa benar angin yang membuatnya?apa angin bisa mengunci pintu?, setidaknya itulah yang dipikirkan 9 orang itu terkecuali cindy yang diam entah mengapa.
“gue takut..”ujar stella dengan sesenggukan. Dyandra yang berada disamping stella hanya bisa mengelus pelan kepalanya
“gue juga sama, tapi mau gimana lagi?”
“itho, manter lo berdua coba lagi dong buka pintu itu. Dobrak kek gimana kek”perintah inggrid. Akhirnya fiertho dan manter mencoba ulang membuka pintu tersebut juga mendobraknya, tetap saja hasilnya gagal.
‘Kalian sudah bermain-main dengan semuanya dan kalian harus mempertanggung jawabkan permainan kalian itu hahahahaha’kata seseorang yang suaranya amat besar dan sangat menggema diseluruh pelosok ruangan
Wush..angin yang berhembus diruangan itu menjadi liar, barang-barang yang menempel didinding ruangan itu jatuh berserakan dan menimpa 10 kaula muda itu
“gue takutt,,tolong!”rintih stella yang tertindih sebuah lukisan besar
“tenang tel, gue pasti bantuin lo”ujar nency yang berusaha menggapai tangan stella yang tertimpa lukisan besar,tapi naas tiba-tiba saja nency tertarik keatas dan menghilang begitu saja
“Nency!!”teriak teman-temannya

-The End-

Gimana Cerpennya horor kah?atau aneh?gaje,jelek?maklumin kami ya, kan masih amatiran..hehehehehe endingnya sengaja kita bikin ngegantung jadi harus terima ya. Mau sequelnya gak??kalo mau nanti dibikinin deh tapi harus komen atau like ya, kasih saran dan masukan juga boleh. Tapi gak boleh ngebashing ya! Cerita ini di buat oleh Cindy (FB : Cindy C-luvers Beliebers) dan Dyandra (FB : Dyandra Verren)

Follow twitter kami:
@MyCincon -> Cindy
@DyanGagamonster -> Dyandra
Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan Cindy